Para Gubernur se-Sumatera mendesak pemerintah pusat segera
merealisasikan pembangunan jalan tol Sumatera. Jalan di Pulau Sumatera itu
diharapkan akan membuka akses bisnis di daerah-daerah di Sumatera yang selama
masih terisolasi atau kurang daya dukung infrastruktur jalan.
Para gubernur di Sumatera menilai secara finansial
pembangunan jalan tol itu mungkin saja kurang layak. Namun, mereka meyakinkan
bahwa secara ekonomi jalan tol itu sudah sangat layak dibangun di Lampung.
“Saya selaku Gubernur Lampung kemarin sudah menandatangani
MoU rencana pembangunan jalan tol sepanjang 300 km ruas
Bakauheni—Pematangpanggang dengan PT Jasa Marga. Jasa Marga siap menjadi
operator jalan tol di Lampung,” kata Gubernur Lampung, Sjachroedin Z.P. Selasa
(13/3).
Menurut Sjachroedin para gubernur se-Sumatera sepakat
penandatanganan MoU dengan pihak ketiga dilakukan oleh masing-masing gubernur.
“Itu karena secara teknis masing-masing gubernur yang bertanggung jawab
terhadap masing-masing wilayah. Persoalan krusial pertama biasanya adalah soal
ganti rugi tanah. Itu menjadi tanggung jawab masing-masing gubernur dan bupati
yang daerahnya dilalui proyek jalan tol,” ujarnya.
Sjachroedin mengatakan proyek jalan tol di Sumatera
diproyeksikan bisa menghubungkan Pelabuhan
Bakauheni di Lampung Selatan hingga Nangroe Aceh Darusalam. Proyek itu
akan disinergikan dengan pembanguan Jembatan Selat Sunda dan jalur rel kereta
api ganda dari Lampung hingga Aceh.
“Di Lampung pembangunan jalan tol direncanakan akan mulai
tahun 2014. Jalan tol itu melintasi Bakauheni hingga Terbanggibesar, Lampung
Tengah, sepanjang 150 kilometer. Selanjutnya dari Terbanggibesar hingga Pematangpanggang,
Kabupaten Mesuji (bertatasan dengan Sumatera
Selatan) sepanjang 150 km,” kata dia.
Menurut Sjachroedin Z.P. sebelum pembangunan fisik, berbagai
kajian dilakukan Tim Teknis Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Provinsi
Lampung. Kajian ini ditargetkan selesai dalam satu tahun.
"Semoga semua berjalan sesuai target sehingga saat
jembatan Selat Sunda dibangun, jalan tol juga dibangun tahun 2014," kata dia.
Di jalur tertentu, PT Bukit Asam membantu pembebasan lahan
di samping double track kereta api (KA) yang rencananya dari Tarahan
ke Tanjung Enim, Sumatera Selatan, pada 2014. Sedangkan daerah yang tidak
dilalui rel KA, pembebasan lahan dilakukan masing-masing pemerintah
kabupaten/kota.
Pembiayaan jalan tol terbagi dua, yakni 70% bank dan 30% sharing
konsorsium, yakni Jasa Marga, Pemerintah Provinsi Lampung melalui Badan Usaha
Milik Daerah, keikutsertaan pemerintah kabupaten/kota, BUMN, dan swasta.
Gubernur Lampung mengatakan pembangunan jalan tol di Sumatera
diharapkan akan bisa mengatasi masalah kemacetan dan memperlancar angkutan
hasil pertanian.
Data di Perintah Provinsi Lampung menunjukkan pertumbuhan
kendaraan roda empat 8,87%/tahun dan kendaraan roda dua 22,3%/tahun. Selain
itu, setiap hari rata-rata 800 ton hasil pertanian, perkebunan, dan kebutuhan pokok
dari Sumatera dikirim ke Jawa melalui Pelabuhan Bakauheni—Merak.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu di Jakarta, Menteri BUMN
Dahlan Iskan mengatakan untuk mewujudkan percepatan pembangunan tol Sumatera,
pemerintah daerah harus aktif. Antara lain mengusahakan perizinan hingga
masalah amdal (analisis mengenai dampak lingkungan), pencadangan kawasan
ekonomi, pembebasan lahan, hingga setoran penyertaan saham dalam konsorsium.
Tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah
menawarkan skema kerja sama pemerintah dan swasta dalam membangun Jembatan
Selat Sunda ini. Tawaran itu kemudian disambut Pemda Lampung dan Pemda Banten
dengan membentuk konsorsium untuk terlibat dalam pembangunan JSS.
“Dengan begitu, selain dari APBN, dana pembangunan JSS juga
berasal dari investor asing dan nasional serta konsorsium yang terdiri atas
Pemda Lampung dan Pemda Banten. Soal berapa dana yang harus kami setor, hal itu
masih terus kami kaji dengan pemerintah pusat,” kata Sjachroedin.
Rancang bangun JSS sudah memasukkan seluruh faktor yang
memengaruhi. Termasuk faktor alam seperti gempa bumi atau dampak aktivitas
Gunung Anak Krakatau dan kemungkinan adanya tsunami di Selat Sunda. (Oyos Saroso H.N./Bandarlampung)
0 komentar:
Posting Komentar